Ke arah mana proses ini semua akan berujung?
Dikutip brilio.net dari laman The Guardian, Senin (15/6), Global Development Development Professionals Network yang mengambil kutipan dari berbagai pihak, berikut adalah rilis foto-foto dari seluruh dunia, yang akan menunjukkan pada kita betapa gentingnya bahaya yang mengintai bumi di depan mata:
1. Lautan pemukiman
Mexico City, ibukota negara Mexico dengan lanskap yang sepenuhnya diisi pemukiman yang sangat padat, menggusur wajah-wajah alam.
"Jika spesies manusia hanya dimulai dari dua manusia saja sekitar 10.000 tahun yang lalu, dan meningkat satu persen per tahun, saat ini manusia akan menjadi bola daging padat dengan diameter ribuan tahun cahaya, dan terus membesar dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya," kata Gobar Zovanyi, penulis 'The No-growth Imperative'.
2. Neraka di lautan
Foto udara dari api yang membakar minyak yang tumpah di Teluk Meksiko pada 2010.
"Manusia harus menyadari bahwa tak hanya bumi kita mempunyai daya dukung yang terbatas, tetapi juga bahwa daya dukung tersebut terus menyusut sedangkan permintaan terus membesar. Hingga pemahaman akan hal ini menjadi bagian tak terpisahkan dari pemikiran kita dan berpengaruh kuat pada kebijakan nasional dan internasional, maka hampir tidak mungkin untuk melihat nasib manusia di masa depan," kata William Vogt, penulis 'Road to Survival'.
3. Ladang daging
Sebuah pusat peternakan sapi potong di Brasil.
"Ribuan petani dan peternak mengintegrasikan produksi tanaman, padang rumput, atau hijauan dengan ternak dan unggas untuk menyeimbangkan nutrisi dalam kegiatan mereka dan untuk meminimalkan polusi di luar area pertanian dan peternakan melalui praktik konservasi dan pengelolaan lahan yang baik. Namun praktik manajemen yang sangat baik dan sustainable ini, yang harus bersaing dengan industri besar untuk memenuhi kebutuhan permintan pasar, hanya menerima sedikit bantuan dana dari pemerintah atau bahkan tidak sama sekali," kata Martha Noble, peneliti di National Sustainable Agriculture Coalition, Amerika Serikat.
4. Over populasi
Kemacetan lalulintas yang parah di Jakarta.
"Perdebatan mengenai populasi bumi bukan hanya tentang jumlah maksimum manusia yang bisa didukung oleh bumi. Pertanyaan pentingnya adalah: berapa banyak populasi yang dapat hidup di bumi, dengan standar hidup yang layak, dan di saat yang sama memberi ruang untuk keanekaragaman hayati untuk lestari? Tidak ada jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini, tetapi fakta-fakta yang ada mengarah pada satu kesimpulan; kita tak bisa terus berdiam diri. Jika bumi sudah kesulitan 'menghidupi' 7,2 miliar orang, bagaimana dengan miliaran manusia yang akan hadir di akhir abad ini?" kata William Reyrson, editor Earth Island Journal.
5. Rumah kaca malah menumbuhkan rumah kaca
Sejauh mata memandang, rumah kaca menutup sebuah daratan luas di Almeria, Spanyol.
"Kita adalah budak, dalam artian terus menggantungkan cara bertahan hidup dengan terus mengeruk bumi tanpa henti, yang pada akhirnya, melahap semua sumber daya bumi dengan kecepatan eksponensial. Sesuatu yang tak bisa dipahami oleh siapapun," kata Edward Abbey, penulis 'Dessert Solitaire'.
6. Firdaus yang hilang
Kanada sering dijuluki 'Brasil di utara', karena seringkali tak bersahabat dengan alam. Terlihat di atas adalah pulau Vancouver yang hutan-hutannya telah menjadi gundul.
"Dominasi manusia atas alam sesungguhnya hanyalah sebuah ilusi, mimpi di siang bolong oleh spesies naif. Ini adalah ilusi yang telah membuat bumi kita menderita begitu parah, menjerat kita dalam sistem yang kita bangun sendiri," Donald Worster, penulis 'Dust Bowl'.
7. Gulungan ombak sampah
Peselancar Indonesia, Dede Suryana, menembus gulungan ombak yang dipenuhi sampah di sebuah kawasan terpencil yang jauh dari pemukiman di Pulau Jawa.
"Air dan udara, dua elemen paling utama di bumi yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan, telah menjadi kaleng sampah global," Jacques Yves Cousteau, penulis dan sutradara 'World Without Sun'.
8. Padang luas yang telah terkotak
Tak ada ruang untuk alam, seluruh lanskap diperuntukkan untuk pertanian di sebuah kawasan di China.
"Globalisasi, yang mencoba mencampur dan menyatukan semua jenis sistem ekonomi baik lokal, regional, maupun negara, ke dalam satu sistem ekonomi global yang tunggal, memaksa meniadakan bentuk-bentuk pertanian lokal yang unik, dan menggantinya dengan sistem industrial; yakni sistem yang dikelola secara terpusat, penggunaan pestisida yang berlebih, satu jenis tanaman pangan untuk ekspor, dan menyediakan hasil pangan yang terbatas jenisnya yang mudah diekspor ke berbagai tempat di dunia," kata Helena Norberg Hodge, penulis 'Bringing the Food Economy Home: Local Alternatives to Global Agribusiness'.
9. Sapi dan asap
Hewan-hewan ternak mencari makan di sekitar hutan amazon yang terbakar hebat di Brasil.
"Sepanjang sejarah, eksploitasi alam yang dilakukan oleh manusia telah menghasilkan satu pola tetap: 'kuasai-hancurkan-pindah'," ujar Garrett Hardin, penulis 'Living Within Limits: Ecology, Economics and Population Taboos'.
10. Sumur-sumur minyak
Ladang-ladang minyak yang mulai menyusut cadangannya adalah satu lagi gejala nyata bahwa sumber daya alam akan habis jauh sebelum perkiraan semua orang. Seperti terlihat di The Kern River Oil Field di California, Amerika Serikat.
"Saya tidak mengerti mengapa ketika kita menghancurkan apa yang kita bangun sendiri disebut 'vandalism', tapi saat kita menghancurkan apa yang dibangun dan disediakan oleh alam disebut 'kemajuan',” kata Ed Begley J, pengarang 'Ed Begley Jr.'s Guide to Sustainable Living: Learning to Conserve Resources and Manage and Eco-Conscious Life'.
11. Albatros dengan perut penuh sampah
Di pulau karang Midway di tengah Samudera Pasifik, jauh dari hiruk pikuk manusia dengan segala aktivitas ekonominya, seekor burung Albatross mati karena terlalu banyak menelan sampah plastik ke dalam perutnya. Burung ini terdampar dan membusuk di pantai, dan pemandangan seperti ini makin biasa terlihat di pulau pulau yang terpencil sekalipun.
"Jika manusia tidak mulai belajar bagaimana memperlakukan lautan dan hutan dengan penuh kasih sayang, maka manusia akan punah," ujar Peter Benchley, penulis 'Jaws'.
12. Pemukiman kumuh yang menutup bukit
Pemukiman yang penuh sesak di Port-au-Prince, harus menghadapi kehidupan yang begitu suram di Negara paling miskin di bumi belahan barat, Haiti.
"Para pemukim liar tak menghiraukan keselamatan dan kesehatan, hanya demi beberapa meter persegi tanah untuk tempat tinggal. Rawa, DAS, lereng bukit, gunung sampah, pinggiran gurun, tepian rel KA, tempat pembuangan bahan kimia, telah menjadi kantong-kantong pemukiman yang dihuni oleh orang-orang yang sangat miskin yang tak punya banyak pilihan selain selalu hidup dalam bahaya," kata Mike Davis, penulis 'Planet of Slums'.
13. Pembangunan waduk penampungan air
Hutan yang ditebas habis untuk pembangunan waduk penampungan air di Willamette National Forest, Oregon, AS.
"Ironis sekali bagaimana pohon-pohon yang keteduhannya membuat kita nyaman, buahnya kita makan, batangnya kita panjat, yang akar-akarnya kita siram, sangat sedikit difahami oleh kebanyakan manusia. Kita harus memulai dari sekarang untuk memulai memahami arti pentingnya pohon dan hutan, menghargai setinggi-tingginya peran penting mereka dalam menjaga keberlangsungan kehidupan bumi. Pohon dan hutan adalah kawan utama manusia dalam menghadapi masa depan yang mungkin tidak kita fahami," kata Jim Robbins, penulis 'The Man Who Planted Trees'.
0 komentar:
Posting Komentar